Kamis, 10 Desember 2015

AL-ISYTIQOQ/الاشتقاق (dalam Fiqh Al-Lughoh)
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan suatu bahasa pastilah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal maupun internal, begitupun dengan Bahasa Arab. Faktor-faktor eksternal adalah faktor dari luar bahasa yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu bahasa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan Bahasa Arab di antaranya dari aspek agama, sosial, ekonomi, maupun budaya yang berada di sekitar dan melingkupi Bahasa Arab itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor internal merupakan faktor dari dalam bahasa itu sendiri, yang mana muncul dari bahasa itu, dan berpengaruh pada bahasa tersebut. Adapun faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan Bahasa Arab di antaranya adalah al-isytiqoq/derivasi(الإشتقاق) , al-qalb/pembalikan(القلب) , al-ibdal/substitusi(الإبدال) , an-naht/akronim(النحت) , al-majaz/makna metaforik(المجاز) , dan at-ta’rib/pengarab-an(التعريب) . Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai salah satu dari faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan Bahasa Arab, yaitu al-isytiqoq/derivasi (الإشتقاق).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dari tema “الإشتقاق” ini adalah :
1.      Apa pengertian “الإشتقاق secara bahasa maupun istilah ?
2.      Bagaimana pendapat para pakar tentang “الإشتقاق ?
3.      Apa saja pembagian dalam “الإشتقاق ?


4.       
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian الإشتقاق
Ø Secara Bahasa (Etimologis)
ü  Menurut Louwis Ma’luf : kata الإشتقاق ialah bentuk infinitive (mashadar) dari kata اشتقّ-يشتقّ yang berarti “memperoleh, mengasal atau mengambil”. Ma’luf mencontohkan kata اشتقّ yaitu: اشتقّت الكلمة من الكلمة “mengasal kata dari kata yang lain”[1]. Dengan demikian Ilmu Isytiqoq berarti “ilmu asal-usul kata”.[2]
ü Secara bahasa Isytiqâq berasal dari term Arab Syaqq yang mempunyai arti membelah, meretakkan, memecahkan.[3]
Ø Secara Istilah (Terminologis)
ü  Menurut Ya’qûb, الإشتقاق adalah :
أخذ كلمة من أخرى بتغيير ما معنوي التناسب في المعنى
“Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan makna”.[4]
ü  Menurut Syâhîn, الإشتقاق adalah :
أخذ صيغة من أخرى مع انفاقهما مادة أصلية و معنى
“Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna”.[5]
ü  Dalam kitab Syarh al-Tashîl, menyatakan bahwa, Isytiqâq adalah mengambil sighat dari lainnya dengan adanya kesamaan dari sudut makna dan materi asalnya, posisi susunannya, untuk menunjukkan bahwa yang kedua ada dalam makna pertama dengan tambahan yang berguna. Oleh karenanya, ada perbedaan huruf dan keadaan.[6]
ü  Menurut Tamam Hasan : Isytiqaq adalah kata-kata yang mempunyai bentuk berbeda tetapi mempunyai keterkaitan dalam tiga huruf asli, pada fa’, ‘ain, dan lam fi’ilnya.[7]
ü  Menurut Ibrahim Anis : Isytiqaq adalah proses pengeluaran lafal dari lafal atau bentuk (shighoh) dari bentuk yang lain. Selain itu, Anis juga mengutip sebuah definisi mengenai isytiqaq, yaitu “ mengeluarkan lafal dari yang lain yang sama dalam segi makna dan huruf aslinya.[8]
ü  Menurut Al-Jurjani : Dalam karyanya Al-Ta’rifat, Isytiqaq adalah membentuk suatu lafal dari yang lain dengan syarat ada keterkaitan antara makna dan urutan dan berubah dalam shighotnya.[9]
ü  Menurut Abdullah Amin : Isytiqaq adalah mengambil satu kata dari kata lain atau lebih dengan syarat ada keterkaitan antara yang mengambil dan diambil dalam lafal dan makna secara keseluruhan.[10]
ü  Menurut Ar-Ramani, الإشتقاق adalah :
اقتطاع فرع من أصل يدور في تصاريفه (حروف ذلك) الأصل
“Mengambil sebagian/cabang dari asalnya yang masih berada dalam lingkup tashrifan atau huruf-huruf aslinya.”[11]
ü  Menurut Abu al-Baqa’, dalam pendefinisian الإشتقاق, ia mempunyai dua pendapat :
a) ردّ كلمة إلى أخرى لتناسبهما في اللفظ و المعنى
“Mengembalikan suatu kata pada kata lain karena keduanya sesuai dalam lafadh dan makna”,
b) أخذ كلمة من أخرى بتغيير ما في الصيغة مع التناسب في المعنى
“Mengambil suatu kata dari kata lain dengan mengubah bentuk/shighotnya tetapi sesuai dalam maknanya.”[12]

B.     Asal Isytiqaq (أصل المشتقات)
Terdapat perbedaan pendapat dalam asal isytiqoq[13] :
1.      Ahli linguistik dan ulama’ Basrah berpendapat bahwa fi’il itu musytaq/diambil dari mashdar dan cabang-cabangnya, contoh fi’il ضرب  diambil dari mashdarnya yaitu ضَرْب.
2.      Ahli linguistik dan ulama’ Kuffah berpendapat bahwa mashdar itu musytaq/diambil dari fi’il dan cabang-cabangnya, contoh mashdar قِيام  diambil dari fi’ilnya yaitu قَام.
3.      Abdullah Amin berpendapat bahwa asal isytiqoq itu bukan dari fi’il maupun mashdar, akan tetapi berasal dari isim-isim jamid dan isim-isim suara. Isim jamid merupakan isim yang tidak diambil dari kata lain, seperti يد ، بطن ، ماء ، سماء ، حجر ، شجر. Sedangkan isim suara berupa panggilan dan semacamnya, seperti قبْ ، غاقْ ، دنْ ، قعْ . Ini merupakan asal dari fi’il, dan dari fi’il muncul mashdar dan isim-isim musytaq yang lain, seperti isim fa’il, isim maf’ul, isim zaman, isim makan, dan yang lainnya. Apabila dibagankan menjadi seperti ini :
أسماء الأصوات ، و الأسماء الجامدة > أفعال > مصادر و مشتقات أخرى
Isim suara, isim jamid > fi’il-fi’il > mashdar dan isim musytaq yang lain
*isim suara dan isim jamid melahirkan fi’il-fi’il, dan dari fi’il melahirkan mashdar  dan isim musytaq yang lain (isim fa’il, isim maf’ul, isim zaman, isim makan, dan yang lain).[14]
4.      Fuad Turzi berpendapat bahwa asal isytiqaq itu bermacam-macam, ada yang dari mashdar, atau fi’il, atau isim jamid.[15]

C.    Pembagian الإشتقاق
Menurut mayoritas ulama,الإشتقاق  ada tiga macam[16] :
1.      Al-Isytiqâq al-Shagîr (الإشتقاق الصغير)
Disebut  juga  dengan  Isytiqâq  al-Âatau  Isytiqâq  al- Ashghar. Yaitu proses pembentukan beberapa kata dari sebuah kata dasar  dengan  tetap  memperhatikan  kesamaan  urutan  fonem tetap seperti yang terdapat pada kata dasarnya. Seperti morfemكتب , urutan fonem tetap-nya adalah sebagai berikut :ك  adalah urutan pertama, ت urutan kedua, danب  urutan ketiga. Berbagai kata bisa dibentuk dari ketiga fonem tetap tersebut.
Denga demikian, الإشتقاق الصغير /al-Isytiqâq   al-Shaghîr mencakup التصريف اللغوي  contoh dapat anda lihat berikut :

Disebut

Menjadi
Proses pembentukan
Kata Dasar/
Morfem tetap
اسم الفاعل
فاعل
ف + ا+ع + ل
ف ع ل
اسم المفعول
مفعول
م + ف +ع + و+ ل
ف ع ل
اسم الآلة
مفعل
م + ف +ع + ل
ف ع ل
فعل المضارع
يفعل
ي + ف + ع + ل
ف ع ل
فعل الأمر
أفعل
أ + ف + ع + ل
ف ع ل
فعل النهي
لا تفعل
لا+ ت + ف + ع + ل
ف ع ل
اسم الزمن
مفعل
م + ف +ع + ل
ف ع ل
اسم المكان
مفعل
م + ف +ع + ل
ف ع ل
صيغة المبالغة
فعيل
ف + ع +ي + ل
ف ع ل
اسم التفضيل
أفعل
أ + ف + ع + ل
ف ع ل

Di samping itu dari kata yang sama ف ع ل muncul pula  beberapa  bentuk  kata  melalui  proses زيادةSeperti  dapat dilihat pada tabel berikut :
Disebut
Menjadi
Proses pembentukan
Kata Dasar

المزيدات الثلاثية

مزيد بحرف
أ فعل
أ + ف + ع + ل
ف ع ل
فعّل
ف + ع + ع + ل
ف ع ل
فاعل
ف + ا + ع + ل
ف ع ل

مزيد بحرفين
إفتعل
إ + ف+  ت + ع + ل
ف ع ل
إنفعل
إ + ن+ ف + ع + ل
ف ع ل
تفعّل
ت + ف+  ع + ع + ل
ف ع ل
إفعلّ
إ + ف+  ع + ل + ل
ف ع ل
تفاعل
ت + ف+  ا + ع + ل
ف ع ل

مزيد بثلاثة أحرف
إستفعل
إ + س + ت + ف + ع + ل
ف ع ل
إفعوّل
إ + ف + ع  +و + و + ل
ف ع ل
إفعوعل
إ + ف + ع  +و + ع + ل
ف ع ل
إفعالّ
إ + ف + ع  +ا + ل + ل
ف ع ل

المزيدات الرباعية
فعلل
ف + ع + ل + ل
ف ع ل
تفعلل
ت + ف + ع + ل + ل
ف ع ل
إفعنلل
إ + ف + ع  +ن + ل + ل
ف ع ل

Abu Hayyan menjabarkan bahwa dalam al-Isytiqaq as-Shaghir ini setidaknya ada sembilan perubahan, yaitu :[17]
1.      Menambah harakat, contoh :ضَرْبٌ مِنْ ضَرَبَ
2.      Menambah huruf, contoh :طَالِبٌ مِنْ طَلَبَ
3.      Menambah harakat dan huruf, contoh :ضَارِبٌ مِنْ ضَرَبَ
4.      Mengurangi harakat, contoh :فَرَسَ مِنْ فَرْسٌ
5.      Mengurangi huruf, contoh :ثَبَتَ - ثَبَاتٌ
6.      Mengurangi harakat dan huruf, contoh :نزا – نزوان
7.      Mengurangi harakat dan menambah huruf, contoh :غَضْبَى مِنْ غَضْبٌ
8.      Mengurangi huruf dan menambah harakat, contoh :حرم – حرمان
9.      Menambah harakat dan huruf, mengurangi harakat dan huruf, contoh :استنوق من الناقة

2.      Al-Isytiqâq al-Kabîr (الإشتقاق الكبير)
Al-Isytiqâq al-Kabîr disebut juga al-Qalab al-Lughawy. Menurut Ya’qub, yang dimaksud dengan الإشتقاق الكبير  (al-Isytiqâq al-Kabîr) yaitu:
هو أن يكون بين كلمتين تناسب فى اللفظ والمعنى دون ترتيب الحروف
Dua kata yang memiliki persamaan pada lafaz dan makna tanpa memperhatikan susunan bunyi.[18]
Dengan kata      lain, al-Isytiqâq al-Kabîr adalah sebuah proses pembentukan kata dalam bahasa Arab dengan cara membolak- balik posisi morfem tetapnya, sehingga dapat menimbulkan kata dan makna baru, namun antara satu sama lain memiliki keterkaitan makna.
Contoh, kataحمد /hamida bisa dibentuk menjadiمدح /madaha yaitu menukar posisi fonemم /mim dari tengah ke depan. Kataحمد /hamida berarti “memuji, berterimakasih”, kataمدح /madaha juga berarti “memuji”. Contoh lain yaitu kata قال/qâla misalnya, yang berarti “berkata”, mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah. Dari kata قال/qâla tersebut terbentuk beberapa kata baru dan makna baru juga. Seperti jika kita mendahulukan و/wawu kemudian ق/qâf dan kemudian ل/lam, sehingga ia menjadi وقل/waqala,  maka salah satu artinya adalah “mengangkat satu kaki dan memantapkan  kaki yang lain di bumi”.
Makna ini menunjukkan makna asal dari kata tersebut di atas, yaitu adanya suatu “gerakan”. Kemudian jika mendahulukan ل/lam, kemudian ق /qaf dan و/waw sehingga menjadi لقو/laqwun, maka di antara  maknanya adalah “angin yang menimpa seseorang sehingga menggerakkan wajahnya”. Dalam bahasa medis disebut dengan tekanan darah tinggi atau stroke. Dari akar kata yang sama muncul pula kata لقي/laqiya yang berarti “bergerak menuju sesuatu untuk bertemu”. Makna ini juga menunjukkan kepada makna asal yaitu “bergerak”.[19]
3.      Al-Isytiqâqu al-Akbar (الإشتقاق الأكبر)
Yang dimaksud dengan  الإشتقاق الأكبرmenurut Ya’qub adalah :
ارتباط بعض المجموعات الصوتية ببعض المعاني ارتباطا عاما ، لا يتــقيد بالأصوات نفسها ، بل بترتيــب الأصلي والنوع الذي تندرج تحــته.
Adanya hubungan umum sebagian satuan bunyi dengan sebagian makna. Hubungan itu tidak terikat oleh bunyi suara, tetapi terikat dengan susunan asalnya serta jenis yang termasuk di dalamnya”.[20]
Al-Isytiqâq al-Akbar biasanya juga disebut dengan الإبدال (al-Ibdal al-Lughowy) yaitu menukar huruf sebuah kata dengan huruf yang lain yang mirip dari segi makhrajnya atau cara mengartikulasikannya sehingga lebih mudah untuk diucapkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini :
Proses “ الإبدال”  bunyi
Asal Kata
Menjadi
Menukar ت menjadi د
ادتعى
ادعى
Menukar و menjadi “ا
قوم
قام
Menukar ت menjadi ط"
اصتنع
اصطنع
Selain tabel di atas, juga terdapat contoh seperti ini : نفخ – نفر – نفز memiliki kesamaan arti, yaitu وثب “melompat”. Huruf terakhir dari ketiga kata di atas berbeda, pertama خ/kho’ diganti dengan ر/ro’, kemudian diganti dengan ز/za’, akan tetapi masih mengandung makna yang sama, yaitu وثب “melompat”. Contoh lain seperti ini : غمر – غمس – غمص – غمض – غمط – غمّ semua kata ini mengandung makna الإخفاء “samar”. Huruf terakhir dari semuak kata ini berbeda, pertama ر/ro’, kemudian diganti dengan س/sin, lalu diganti dengan ص/shod, lalu diganti dengan ض/dlod, kemudian diganti dengan ط/tho’, lalu diganti dengan م/mim. Akan tetapi, keseluruhan kata tersebut masih mengandung makna الإخفاء “samar”.[21]
Selain pembagian ketiga isytiqaq di atas, ada pendapat ulama lain yang membagi isytiqaq menjadi empat bagian, yaitu ketiga isytiqoq di atas dan ditambah satu dengan al-Isytiqaq al-Kubbar (الإشتقاق الكبّار) atau juga dikenal dengan an-Naht(النحت) . Dalam kitab Abdullah bin Hamd, Manhaj Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah), dijelaskan mengenai al-Isytiqaq al-Kubbar sebagai berikut:
استخراج كلمة واحدة من كلمتين أو أكثر/ اختزال كلمتين أو أكثر في كلمة واحدة
“Menguraikan satu kata menjadi dua kata atau lebih/menyingkat dua kata atau lebih dalam satu kata.”[22]
Adapun contohnya sebagai berikut[23] :
سبحل : قال سبحان الله - (النحت الفعلي : وهو نحت فعل من جملة)
صَهْصَلق : من الصهيل والصلق ( الصوت المرتفع ) – (النحت الوصفي : وهو الذي يُنحت من كلمتين دلالةً على صفة بمعناهما أو أشد منهما)
جلمود : جلد + جمد – (النحت الاسمي : وهو نحت اسم من اسمين جامعاً بين معنييهما)
عبشمي ، عبدري ، تيملي ( تيم اللات ) . [ في أصول النحو 134-5 ] – (النحت النسَبىّ : وهو الذي يُنحت نسبةً إلى علمين)

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Secara bahasa (etimologis) kata الإشتقاق ialah bentuk infinitive (mashadar) dari kata اشتقّ-يشتقّ (ini nggak pakek hamzah dibawahnya dev, alif biasa) yang berarti “memperoleh, mengasal atau mengambil”. Sedangkan secara Istilah (terminologis) adalah “membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan makna”.
2.      Terdapat perbedaan pendapat dalam asal isytiqoq :
1)      Ahli linguistik dan ulama’ Basrah berpendapat bahwa fi’il itu musytaq/diambil dari mashdar dan cabang-cabangnya, contoh fi’il ضرب  diambil dari mashdarnya yaitu ضَرْب.
2)      Ahli linguistik dan ulama’ Kuffah berpendapat bahwa mashdar itu musytaq/diambil dari fi’il dan cabang-cabangnya, contoh mashdar قِيام  diambil dari fi’ilnya yaitu قَام.
3)      Abdullah Amin berpendapat bahwa asal isytiqoq itu bukan dari fi’il maupun mashdar, akan tetapi berasal dari isim-isim jamid dan isim-isim suara. Isim suara dan isim jamid melahirkan fi’il-fi’il, dan dari fi’il melahirkan mashdar  dan isim musytaq yang lain (isim fa’il, isim maf’ul, isim zaman, isim makan, dan yang lain).
4)      Fuad Turzi berpendapat bahwa asal isytiqaq itu bermacam-macam, ada yang dari mashdar, atau fi’il, atau isim jamid.
3.      Menurut mayoritas ulama,الإشتقاق  ada tiga macam : Al-Isytiqâq al-Shagîr (الإشتقاق الصغير), Al-Isytiqâq al-Kabîr (الإشتقاق الكبير), Al-Isytiqâqu al-Akbar (الإشتقاق الأكبر). Selain pembagian ketiga isytiqaq di atas, ada pendapat ulama lain yang membagi isytiqaq menjadi empat bagian, yaitu ketiga isytiqoq di atas dan ditambah dengan al-Isytiqaq al-Kubbar (الإشتقاق الكبّار).


DAFTAR PUSTAKA
Al-Khummasy, Salim Sulaiman. Fiqh al-Lughoh. (http://www.angelfire.com/tx4/lisan/khamash.htm atau http://www.khamash.cjb.net).
Fiqh Lughoh Tentang Isytiqaq, http://muhaiminadecandra.blogspot.com/2014/11/fiqh-lughah-tentang-isytiqaq_9.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.00 wib.
Hamd, Abdullah bin. 1423 H. Manhaj Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah).
Isytiqaq, http://masyharzainudin.blogspot.com/2010/07/isytiqaq.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.10 wib.
Ma‟lûf, Louwis. 1992. alMunjid fi alLugah wa alA’lam. Beirût : Dâr alMasyriq.
Shihab, H. M. Quraish. 1998. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung : Mizan.
Syâhîn, Taufîq Muhammad. 1980. ‘Awâmil al-Tanmiyah li al-Lugah al-Arabiyah. Kairo: Maktabah Wahbah.
Ya‟qûb, Imil Badi‟. Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ. Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah.
الأشتقاق اللغوى و مباحثه , جميع الحقوق محفوظة , http://www.onefd.edu.dz.





[1] Louwis Ma‟lûf, alMunjid fi alLugah wa alA’lam, (Beirût: Dâr alMasyriq, 1992), Cet. ke 32, hlm. 396.
[2] Fiqh Lughoh Tentang Isytiqaq, http://muhaiminadecandra.blogspot.com/2014/11/fiqh-lughah-tentang-isytiqaq_9.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.00 wib.
[3] Isytiqaq, http://masyharzainudin.blogspot.com/2010/07/isytiqaq.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.10 wib.
[4] Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.), hlm. 186.
[5] Taufîq Muhammad Syâhîn, ‘Awâmil al-Tanmiyah li al-Lugah al-Arabiyah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980 M/1400 H), Cet. I, hlm. 80.
[6] Isytiqaq, http://masyharzainudin.blogspot.com/2010/07/isytiqaq.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.10 wib.
[11] Salim Sulaiman Al-Khummasy, Fiqh al-Lughoh, (http://www.angelfire.com/tx4/lisan/khamash.htm atau http://www.khamash.cjb.net), hlm 74.
[12] Salim Sulaiman Al-Khummasy, Fiqh al-Lughoh,..., hlm. 74.
[13] Salim Sulaiman Al-Khummasy, Fiqh al-Lughoh,..., hlm. 75.
[14] Salim Sulaiman Al-Khummasy, Fiqh al-Lughoh,..., hlm. 76-77.
[15] Abdullah bin Hamd, Manhaj Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah, 1423 H), cet. 3, hlm. 21.
[16] Fiqh Lughoh Tentang Isytiqaq, http://muhaiminadecandra.blogspot.com/2014/11/fiqh-lughah-tentang-isytiqaq_9.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.00 wib.
[17] الأشتقاق اللغوى و مباحثه , جميع الحقوق محفوظة , http://www.onefd.edu.dz, hlm. 7-8.
[18] Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.), hlm. 196.
[19] H. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1998), hlm. 94 - 95.
[20] Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.), hlm. 205.
[21] الأشتقاق اللغوى و مباحثه , جميع الحقوق محفوظة , http://www.onefd.edu.dz, hlm. 14.
[22] Abdullah bin Hamd, Manhaj Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah, 1423 H), cet. 3, hlm. 36.
[23] Abdullah bin Hamd, Manhaj Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah, 1423 H), cet. 3, hlm. 38-39.

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates