Kamis, 10 Desember 2015
AL-ISYTIQOQ/الاشتقاق (dalam Fiqh Al-Lughoh)
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan suatu bahasa pastilah dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal maupun internal, begitupun dengan Bahasa Arab. Faktor-faktor eksternal
adalah faktor dari luar bahasa yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu
bahasa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan Bahasa Arab di
antaranya dari aspek agama, sosial, ekonomi, maupun budaya yang berada di
sekitar dan melingkupi Bahasa Arab itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor
internal merupakan faktor dari dalam bahasa itu sendiri, yang mana muncul dari
bahasa itu, dan berpengaruh pada bahasa tersebut. Adapun faktor-faktor internal
yang mempengaruhi perkembangan Bahasa Arab di antaranya adalah al-isytiqoq/derivasi(الإشتقاق) , al-qalb/pembalikan(القلب)
, al-ibdal/substitusi(الإبدال) ,
an-naht/akronim(النحت) , al-majaz/makna
metaforik(المجاز) , dan at-ta’rib/pengarab-an(التعريب) . Dalam makalah ini akan dibahas lebih
dalam mengenai salah satu dari faktor-faktor internal yang mempengaruhi
perkembangan Bahasa Arab, yaitu al-isytiqoq/derivasi (الإشتقاق).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat
diambil beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dari tema “الإشتقاق” ini adalah :
1. Apa pengertian “الإشتقاق”
secara bahasa maupun istilah ?
2. Bagaimana pendapat para pakar tentang “الإشتقاق” ?
3. Apa saja pembagian dalam “الإشتقاق”
?
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian “الإشتقاق”
Ø Secara Bahasa (Etimologis)
ü Menurut Louwis Ma’luf : kata الإشتقاق ialah bentuk infinitive (mashadar) dari kata اشتقّ-يشتقّ yang berarti
“memperoleh, mengasal atau mengambil”. Ma’luf mencontohkan kata اشتقّ yaitu: اشتقّت
الكلمة من الكلمة “mengasal kata
dari kata yang lain”[1]. Dengan
demikian Ilmu Isytiqoq berarti “ilmu asal-usul kata”.[2]
ü Secara
bahasa Isytiqâq berasal dari term Arab “Syaqq” yang mempunyai arti membelah,
meretakkan, memecahkan.[3]
Ø Secara Istilah (Terminologis)
ü
Menurut Ya’qûb, الإشتقاق adalah :
أخذ كلمة من أخرى
بتغيير ما معنوي التناسب في المعنى
“Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan,
namun tetap memiliki hubungan makna”.[4]
ü Menurut
Syâhîn, الإشتقاق adalah :
أخذ صيغة من أخرى مع انفاقهما مادة أصلية
و معنى
“Membuat bentuk kata dari
kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna”.[5]
ü
Dalam kitab Syarh al-Tashîl, menyatakan bahwa, Isytiqâq adalah
mengambil sighat dari lainnya dengan adanya kesamaan dari sudut makna dan materi
asalnya, posisi susunannya, untuk menunjukkan bahwa yang kedua ada dalam makna pertama dengan tambahan
yang berguna. Oleh karenanya, ada perbedaan huruf dan keadaan.[6]
ü
Menurut Tamam Hasan : Isytiqaq adalah kata-kata yang
mempunyai bentuk berbeda tetapi mempunyai keterkaitan dalam tiga huruf asli,
pada fa’, ‘ain, dan lam fi’ilnya.[7]
ü
Menurut Ibrahim Anis : Isytiqaq adalah proses
pengeluaran lafal dari lafal atau bentuk (shighoh) dari bentuk yang lain.
Selain itu, Anis juga mengutip sebuah definisi mengenai isytiqaq, yaitu “
mengeluarkan lafal dari yang lain yang sama dalam segi makna dan huruf aslinya.[8]
ü
Menurut Al-Jurjani : Dalam karyanya Al-Ta’rifat,
Isytiqaq adalah membentuk suatu lafal dari yang lain dengan syarat ada
keterkaitan antara makna dan urutan dan berubah dalam shighotnya.[9]
ü
Menurut Abdullah Amin : Isytiqaq adalah mengambil satu
kata dari kata lain atau lebih dengan syarat ada keterkaitan antara yang
mengambil dan diambil dalam lafal dan makna secara keseluruhan.[10]
ü Menurut
Ar-Ramani, الإشتقاق adalah :
اقتطاع
فرع من أصل يدور في تصاريفه (حروف ذلك) الأصل
“Mengambil
sebagian/cabang dari asalnya yang masih berada dalam lingkup tashrifan atau
huruf-huruf aslinya.”[11]
ü Menurut
Abu al-Baqa’, dalam pendefinisian الإشتقاق,
ia mempunyai dua pendapat :
a) ردّ كلمة إلى أخرى لتناسبهما في اللفظ و المعنى
“Mengembalikan suatu kata pada kata lain
karena keduanya sesuai dalam lafadh dan makna”,
b) أخذ كلمة من أخرى بتغيير ما في الصيغة مع التناسب في المعنى
“Mengambil suatu kata
dari kata lain dengan mengubah bentuk/shighotnya tetapi sesuai dalam maknanya.”[12]
B.
Asal Isytiqaq (أصل المشتقات)
Terdapat
perbedaan pendapat dalam asal isytiqoq[13] :
1.
Ahli linguistik
dan ulama’ Basrah berpendapat bahwa fi’il itu musytaq/diambil dari mashdar dan
cabang-cabangnya, contoh fi’il ضرب diambil dari mashdarnya yaitu ضَرْب.
2.
Ahli linguistik
dan ulama’ Kuffah berpendapat bahwa mashdar itu musytaq/diambil dari fi’il dan
cabang-cabangnya, contoh mashdar قِيام diambil dari fi’ilnya yaitu قَام.
3.
Abdullah Amin
berpendapat bahwa asal isytiqoq itu bukan dari fi’il maupun mashdar, akan
tetapi berasal dari isim-isim jamid dan isim-isim suara. Isim jamid merupakan
isim yang tidak diambil dari kata lain, seperti يد ،
بطن ، ماء ، سماء ، حجر ، شجر. Sedangkan isim suara berupa panggilan dan
semacamnya, seperti قبْ ، غاقْ ، دنْ ، قعْ .
Ini merupakan asal dari fi’il, dan dari fi’il muncul mashdar dan isim-isim
musytaq yang lain, seperti isim fa’il, isim maf’ul, isim zaman, isim makan, dan
yang lainnya. Apabila dibagankan menjadi seperti ini :
أسماء
الأصوات ، و الأسماء الجامدة > أفعال > مصادر و مشتقات أخرى
Isim
suara, isim jamid > fi’il-fi’il > mashdar dan isim musytaq yang lain
*isim
suara dan isim jamid melahirkan fi’il-fi’il, dan dari fi’il melahirkan
mashdar dan isim musytaq yang lain (isim
fa’il, isim maf’ul, isim zaman, isim makan, dan yang lain).[14]
4.
Fuad Turzi
berpendapat bahwa asal isytiqaq itu bermacam-macam, ada yang dari mashdar, atau
fi’il, atau isim jamid.[15]
C.
Pembagian “الإشتقاق”
Menurut mayoritas
ulama,الإشتقاق ada tiga macam[16] :
1. Al-Isytiqâq al-Shagîr (الإشتقاق
الصغير)
Disebut juga dengan Isytiqâq
al-‘Âm atau Isytiqâq al- Ashghar. Yaitu proses pembentukan beberapa kata dari sebuah kata
dasar
dengan tetap memperhatikan kesamaan
urutan fonem tetap seperti yang terdapat
pada kata dasarnya. Seperti morfemكتب , urutan fonem
tetap-nya adalah sebagai berikut :ك adalah urutan pertama, ت urutan kedua, danب urutan ketiga. Berbagai kata bisa dibentuk
dari ketiga fonem
tetap tersebut.
Dengan demikian, الإشتقاق الصغير /al-Isytiqâq
al-Shaghîr mencakup التصريف اللغوي contoh dapat anda
lihat berikut :
Disebut
|
Menjadi
|
Proses pembentukan
|
Kata Dasar/
Morfem tetap
|
اسم الفاعل
|
فاعل
|
ف + ا+ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
اسم المفعول
|
مفعول
|
م + ف +ع + و+
ل
|
ف – ع – ل
|
اسم الآلة
|
مفعل
|
م + ف +ع + ل
|
ف – ع – ل
|
فعل المضارع
|
يفعل
|
ي + ف + ع + ل
|
ف – ع – ل
|
فعل الأمر
|
أفعل
|
أ + ف + ع + ل
|
ف – ع – ل
|
فعل النهي
|
لا تفعل
|
لا+ ت + ف + ع + ل
|
ف – ع – ل
|
اسم الزمن
|
مفعل
|
م + ف +ع + ل
|
ف – ع – ل
|
اسم المكان
|
مفعل
|
م + ف +ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
صيغة المبالغة
|
فعيل
|
ف + ع +ي + ل
|
ف
– ع – ل
|
اسم التفضيل
|
أفعل
|
أ + ف + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
Di
samping itu dari kata yang sama “ف – ع – ل” muncul pula beberapa bentuk kata
melalui proses
زيادة. Seperti
dapat dilihat
pada tabel berikut :
Disebut
|
Menjadi
|
Proses pembentukan
|
Kata Dasar
|
|
المزيدات الثلاثية
|
مزيد بحرف
|
أ فعل
|
أ + ف + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
فعّل
|
ف + ع + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
فاعل
|
ف + ا + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
مزيد بحرفين
|
إفتعل
|
إ + ف+
ت + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
|
إنفعل
|
إ + ن+
ف + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
تفعّل
|
ت + ف+
ع + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
إفعلّ
|
إ + ف+
ع + ل + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
تفاعل
|
ت + ف+
ا + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
مزيد بثلاثة أحرف
|
إستفعل
|
إ
+ س + ت + ف + ع + ل
|
ف
– ع – ل
|
|
إفعوّل
|
إ + ف +
ع +و + و + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
إفعوعل
|
إ + ف +
ع +و + ع + ل
|
ف – ع – ل
|
||
إفعالّ
|
إ + ف +
ع +ا + ل + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
المزيدات الرباعية
|
فعلل
|
ف + ع + ل + ل
|
ف
– ع – ل
|
|
تفعلل
|
ت + ف +
ع + ل + ل
|
ف
– ع – ل
|
||
إفعنلل
|
إ + ف +
ع +ن + ل + ل
|
ف
– ع – ل
|
Abu Hayyan menjabarkan bahwa dalam
al-Isytiqaq as-Shaghir ini setidaknya ada sembilan perubahan, yaitu :[17]
1. Menambah harakat, contoh :ضَرْبٌ مِنْ ضَرَبَ
2. Menambah huruf, contoh :طَالِبٌ مِنْ طَلَبَ
3. Menambah harakat dan huruf, contoh :ضَارِبٌ مِنْ ضَرَبَ
4. Mengurangi harakat, contoh :فَرَسَ مِنْ فَرْسٌ
5. Mengurangi huruf, contoh :ثَبَتَ - ثَبَاتٌ
6. Mengurangi harakat dan huruf, contoh
:نزا – نزوان
7. Mengurangi harakat dan menambah huruf,
contoh :غَضْبَى مِنْ غَضْبٌ
8. Mengurangi huruf dan menambah
harakat, contoh :حرم – حرمان
9. Menambah harakat dan huruf,
mengurangi harakat dan huruf, contoh :استنوق من الناقة
2. Al-Isytiqâq al-Kabîr (الإشتقاق الكبير)
Al-Isytiqâq al-Kabîr disebut juga al-Qalab al-Lughawy.
Menurut Ya’qub, yang dimaksud dengan
الإشتقاق الكبير (al-Isytiqâq al-Kabîr) yaitu:
هو أن يكون بين كلمتين تناسب فى اللفظ
والمعنى دون ترتيب الحروف
“Dua
kata yang memiliki persamaan
pada lafaz dan makna tanpa memperhatikan susunan bunyi.”[18]
Dengan kata lain, al-Isytiqâq al-Kabîr
adalah sebuah proses
pembentukan kata dalam bahasa Arab dengan cara membolak-
balik posisi morfem tetapnya, sehingga
dapat menimbulkan kata
dan
makna baru, namun antara satu sama lain memiliki
keterkaitan
makna.
Contoh, kataحمد /hamida bisa dibentuk menjadiمدح /madaha
yaitu menukar posisi fonemم /mim dari tengah ke
depan. Kataحمد /hamida berarti
“memuji, berterimakasih”, kataمدح /madaha
juga berarti “memuji”. Contoh lain yaitu kata قال/qâla
misalnya, yang berarti “berkata”, mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut
dan lidah. Dari kata قال/qâla tersebut
terbentuk beberapa kata baru dan makna baru juga. Seperti jika kita
mendahulukan و/wawu kemudian ق/qâf dan kemudian ل/lam, sehingga ia menjadi وقل/waqala, maka salah satu artinya adalah “mengangkat satu
kaki dan memantapkan kaki yang lain di bumi”.
Makna ini menunjukkan makna asal dari kata tersebut di atas,
yaitu adanya suatu “gerakan”. Kemudian jika mendahulukan ل/lam, kemudian ق /qaf dan و/waw sehingga menjadi لقو/laqwun, maka di antara maknanya adalah “angin yang
menimpa seseorang sehingga menggerakkan wajahnya”. Dalam bahasa medis disebut
dengan tekanan darah tinggi atau stroke. Dari akar kata yang sama muncul
pula kata لقي/laqiya yang berarti
“bergerak menuju sesuatu untuk bertemu”. Makna ini juga menunjukkan kepada makna asal yaitu “bergerak”.[19]
3. Al-Isytiqâqu al-Akbar (الإشتقاق الأكبر)
Yang dimaksud dengan
الإشتقاق
الأكبرmenurut Ya’qub adalah :
ارتباط بعض المجموعات الصوتية ببعض المعاني ارتباطا عاما ، لا
يتــقيد بالأصوات نفسها ، بل بترتيــب الأصلي والنوع الذي تندرج تحــته.
“Adanya hubungan umum sebagian satuan bunyi dengan sebagian makna. Hubungan itu tidak terikat
oleh bunyi suara, tetapi terikat
dengan susunan asalnya serta jenis yang termasuk
di dalamnya”.[20]
Al-Isytiqâq al-Akbar biasanya juga disebut dengan الإبدال (al-Ibdal al-Lughowy) yaitu
menukar huruf sebuah kata dengan huruf yang lain yang mirip dari segi
makhrajnya atau cara mengartikulasikannya sehingga lebih mudah untuk diucapkan.
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini :
Proses “ الإبدال” bunyi
|
Asal Kata
|
Menjadi
|
Menukar
“ت” menjadi
“د”
|
ادتعى
|
ادعى
|
Menukar
“و” menjadi “ا”
|
قوم
|
قام
|
Menukar “ت” menjadi “ط"
|
اصتنع
|
اصطنع
|
Selain
tabel di atas, juga terdapat contoh seperti ini : نفخ –
نفر – نفز memiliki kesamaan arti, yaitu وثب
“melompat”. Huruf terakhir dari ketiga kata di atas berbeda, pertama خ/kho’ diganti dengan ر/ro’, kemudian diganti dengan ز/za’,
akan tetapi masih mengandung makna yang sama, yaitu وثب
“melompat”. Contoh lain seperti ini : غمر – غمس – غمص –
غمض – غمط – غمّ semua kata ini mengandung makna الإخفاء
“samar”. Huruf terakhir dari semuak kata ini berbeda, pertama ر/ro’, kemudian diganti dengan س/sin,
lalu diganti dengan ص/shod, lalu diganti
dengan ض/dlod, kemudian diganti dengan ط/tho’, lalu diganti dengan م/mim. Akan tetapi, keseluruhan kata
tersebut masih mengandung makna الإخفاء
“samar”.[21]
Selain pembagian ketiga isytiqaq di atas, ada
pendapat ulama lain yang membagi isytiqaq menjadi empat bagian, yaitu ketiga isytiqoq
di atas dan ditambah satu dengan al-Isytiqaq al-Kubbar (الإشتقاق
الكبّار) atau juga dikenal dengan an-Naht(النحت) .
Dalam kitab Abdullah bin Hamd, Manhaj Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin,
(al-Mamlakah as-Sa’udiyah al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah
al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah),
dijelaskan mengenai al-Isytiqaq al-Kubbar sebagai berikut:
استخراج
كلمة واحدة من كلمتين أو أكثر/ اختزال كلمتين أو أكثر في كلمة واحدة
“Menguraikan
satu kata menjadi dua kata atau lebih/menyingkat dua kata atau lebih dalam satu
kata.”[22]
Adapun
contohnya sebagai berikut[23] :
سبحل : قال سبحان الله - (النحت
الفعلي : وهو نحت فعل من جملة)
صَهْصَلق : من الصهيل والصلق ( الصوت
المرتفع ) – (النحت الوصفي : وهو الذي يُنحت من كلمتين دلالةً على صفة بمعناهما أو
أشد منهما)
جلمود : جلد + جمد – (النحت الاسمي :
وهو نحت اسم من اسمين جامعاً بين معنييهما)
عبشمي ، عبدري ، تيملي ( تيم اللات )
. [ في أصول النحو 134-5 ] – (النحت النسَبىّ : وهو الذي يُنحت نسبةً إلى علمين)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Secara bahasa (etimologis) kata الإشتقاق ialah bentuk infinitive (mashadar) dari kata اشتقّ-يشتقّ (ini nggak pakek hamzah dibawahnya dev,
alif biasa) yang berarti “memperoleh, mengasal atau mengambil”. Sedangkan secara Istilah (terminologis) adalah “membentuk kata
dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan
makna”.
2. Terdapat
perbedaan pendapat dalam asal isytiqoq :
1) Ahli
linguistik dan ulama’ Basrah berpendapat bahwa fi’il itu musytaq/diambil dari
mashdar dan cabang-cabangnya, contoh fi’il ضرب diambil dari mashdarnya yaitu ضَرْب.
2) Ahli
linguistik dan ulama’ Kuffah berpendapat bahwa mashdar itu musytaq/diambil dari
fi’il dan cabang-cabangnya, contoh mashdar قِيام diambil dari fi’ilnya yaitu قَام.
3) Abdullah
Amin berpendapat bahwa asal isytiqoq itu bukan dari fi’il maupun mashdar, akan
tetapi berasal dari isim-isim jamid dan isim-isim suara. Isim suara dan isim
jamid melahirkan fi’il-fi’il, dan dari fi’il melahirkan mashdar dan isim musytaq yang lain (isim fa’il, isim
maf’ul, isim zaman, isim makan, dan yang lain).
4) Fuad
Turzi berpendapat bahwa asal isytiqaq itu bermacam-macam, ada yang dari
mashdar, atau fi’il, atau isim jamid.
3. Menurut
mayoritas ulama,الإشتقاق ada
tiga macam : Al-Isytiqâq al-Shagîr (الإشتقاق الصغير), Al-Isytiqâq al-Kabîr (الإشتقاق
الكبير), Al-Isytiqâqu al-Akbar (الإشتقاق الأكبر). Selain pembagian
ketiga isytiqaq di atas, ada pendapat ulama lain yang membagi isytiqaq menjadi
empat bagian, yaitu ketiga isytiqoq di atas dan ditambah dengan al-Isytiqaq
al-Kubbar (الإشتقاق الكبّار).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khummasy, Salim
Sulaiman. Fiqh al-Lughoh. (http://www.angelfire.com/tx4/lisan/khamash.htm atau http://www.khamash.cjb.net).
Fiqh Lughoh Tentang Isytiqaq, http://muhaiminadecandra.blogspot.com/2014/11/fiqh-lughah-tentang-isytiqaq_9.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.00 wib.
Hamd, Abdullah
bin. 1423 H. Manhaj Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah
as-Sa’udiyah al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad
bin Sa’ud al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah).
Isytiqaq, http://masyharzainudin.blogspot.com/2010/07/isytiqaq.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.10 wib.
Ma‟lûf,
Louwis. 1992. alMunjid fi alLugah wa alA’lam. Beirût
: Dâr alMasyriq.
Shihab, H. M. Quraish. 1998. Mukjizat
Al-Qur’an. Bandung : Mizan.
Syâhîn, Taufîq
Muhammad. 1980. ‘Awâmil al-Tanmiyah li al-Lugah al-Arabiyah. Kairo:
Maktabah Wahbah.
Ya‟qûb,
Imil Badi‟. Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ. Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al-
Islâmiyah.
الأشتقاق اللغوى
و مباحثه , جميع الحقوق محفوظة
, http://www.onefd.edu.dz.
[1] Louwis Ma‟lûf, alMunjid fi alLugah wa alA’lam, (Beirût: Dâr
alMasyriq, 1992), Cet. ke 32, hlm. 396.
[2] Fiqh Lughoh Tentang Isytiqaq, http://muhaiminadecandra.blogspot.com/2014/11/fiqh-lughah-tentang-isytiqaq_9.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.00 wib.
[3] Isytiqaq, http://masyharzainudin.blogspot.com/2010/07/isytiqaq.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.10 wib.
[4] Imil Badi‟
Ya‟qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al-
Islâmiyah, T.Th.), hlm. 186.
[5] Taufîq Muhammad
Syâhîn, ‘Awâmil al-Tanmiyah li al-Lugah al-Arabiyah, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 1980 M/1400 H), Cet. I, hlm. 80.
[6] Isytiqaq,
http://masyharzainudin.blogspot.com/2010/07/isytiqaq.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.10 wib.
[11] Salim Sulaiman Al-Khummasy, Fiqh
al-Lughoh, (http://www.angelfire.com/tx4/lisan/khamash.htm atau http://www.khamash.cjb.net), hlm 74.
[13] Salim Sulaiman Al-Khummasy, Fiqh
al-Lughoh,..., hlm. 75.
[15] Abdullah bin Hamd, Manhaj
Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah
al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud
al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah, 1423 H), cet. 3, hlm. 21.
[16] Fiqh Lughoh
Tentang Isytiqaq, http://muhaiminadecandra.blogspot.com/2014/11/fiqh-lughah-tentang-isytiqaq_9.html, diakses tanggal 20 April 2015, pukul 13.00 wib.
[17] الأشتقاق اللغوى و مباحثه , جميع الحقوق محفوظة , http://www.onefd.edu.dz, hlm. 7-8.
[18] Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh
al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.),
hlm. 196.
[19] H. M. Quraish Shihab, Mukjizat
Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1998), hlm. 94 - 95.
[20] Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh
al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.),
hlm. 205.
[21] الأشتقاق
اللغوى و مباحثه , جميع الحقوق محفوظة
, http://www.onefd.edu.dz, hlm. 14.
[22] Abdullah bin Hamd, Manhaj
Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah
al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud
al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah, 1423 H), cet. 3, hlm. 36.
[23] Abdullah bin Hamd, Manhaj
Fiqh al-Lughoh al-Mustawa ats-Tsamin, (al-Mamlakah as-Sa’udiyah
al-‘Arabiyah Wizaroh at-Ta’lim al-‘Ali, Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud
al-Islamiyah, Kulliyatu al-Lughoh al-‘Arabiyah, 1423 H), cet. 3, hlm. 38-39.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)